Toyota Motor Corp yang merupakan perusahaan mobil terbesar di dunia berdasarkan penjualan, mengambil langkah drastis dengan menghentikan operasional seluruh pabrik perakitan di Jepang pada Selasa siang. Hal ini dilakukan karena terjadi kerusakan pada sistem produksi yang berpotensi berdampak pada produksi mobil dan pesanan komponen. Meskipun demikian, juru bicara Toyota menyatakan bahwa kemungkinan besar kerusakan tersebut bukan akibat serangan siber.
“Kemungkinan besar bukan karena serangan siber,” kata juru bicara Toyota seperti dikutip dari Reuters.
Toyota Motor Corp memiliki total 14 pabrik di Jepang yang secara keseluruhan menyumbang sepertiga dari produksi global perusahaan ini. Sebanyak 12 pabrik di antaranya telah dihentikan operasionalnya sejak Selasa pagi, sementara dua pabrik masih beroperasi dengan normal. Para pekerja dari 14 pabrik tersebut dijadwalkan untuk diberi cuti dari shift kedua pada hari yang sama.
Keputusan untuk menghentikan produksi ini datang di tengah pemulihan produksi Toyota Motor Corp di Jepang setelah menghadapi serangkaian rencana pengurangan akibat kekurangan semikonduktor. Pada paruh pertama tahun ini, produksi di Jepang bahkan berhasil meningkat sebesar 29%, yang merupakan pertumbuhan pertama dalam dua tahun terakhir.
Produksi harian rata-rata merek Toyota di Jepang, tidak termasuk merek Daihatsu dan Hino, mencapai sekitar 13.500 kendaraan selama semester pertama tahun 2023. Perhitungan ini didasarkan pada hari kerja dan tidak termasuk hari libur. Ini bukanlah pengalaman pertama Toyota Motor Corp menghadapi situasi serupa. Pada tahun 2022, produksi pabrik juga terpaksa dihentikan karena salah satu pemasoknya mengalami serangan siber. Dalam satu hari gangguan tersebut, produksi sekitar 13.000 mobil hilang.