Pemerintah India telah mengklarifikasi tentang isu larangan ekspor beras pratanak yang beredar sejak 20 Juli 2023. Menteri Pangan India, Sanjeev Chopra dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada rencana atau usulan pembatasan ekspor beras pratanak non-basmati. Hal ini diungkapkan Chopra saat memberikan tanggapan kepada wartawan mengenai isu pajak ekspor beras pratanak. Beras pratanak dari India memiliki peran penting dalam ekspor beras global, menyumbang hampir sepertiga dari total volume ekspor beras negara tersebut.
Sementara itu, stok beras di India telah melampaui tiga kali lipat target yang ditetapkan untuk tahun ini. Presiden Federasi Eksportir Beras India, Prem Garg, menjelaskan bahwa pemerintah memiliki stok surplus dan pasar terbuka juga memiliki persediaan yang lebih dari cukup. Selain itu, panen baru diharapkan akan segera dimulai dalam waktu dua bulan.
Sebelumnya, penutupan ekspor beras non-basmati diumumkan oleh Pemerintah India sebagai respons terhadap kenaikan harga beras sebesar 3 persen dalam sebulan. Kegagalan panen di beberapa sentra produksi beras, seperti Punjab dan Haryana, telah menyebabkan petani melakukan penanaman ulang padi. Kebijakan penutupan ekspor ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup di pasar domestik dan mencegah lonjakan harga. Langkah ini telah mendapat tanggapan dari berbagai pihak, termasuk produsen beras negara lain.
Namun, beras jenis pratanak, yang menyumbang sekitar 7,4 juta ton ekspor pada tahun 2022, tidak termasuk dalam larangan ekspor tersebut. Meskipun begitu, keputusan India untuk membatasi ekspor telah menciptakan dampak signifikan pada pasar beras dunia.
Presiden Asosiasi Eksportir Beras, B.V. Krishna Rao, mengungkapkan bahwa larangan ekspor beras ini akan mengganggu stabilitas pasar komoditas beras. Ia menegaskan bahwa dampaknya dapat dirasakan lebih cepat daripada dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap pasar gandum.
Beras merupakan makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia, dan hampir 90 persen padi diproduksi di Asia. Kenaikan harga beras dunia telah mencapai level tertinggi dalam 11 tahun terakhir, dan langkah India ini berpotensi memiliki implikasi global yang signifikan. Pasar Afrika menjadi salah satu yang paling terpengaruh oleh keputusan India, karena negara-negara seperti Benin, Senegal, Pantai Gading, dan lainnya merupakan pembeli utama beras India. Ketergantungan pada ekspor beras dari India membuat kebijakan ini berdampak signifikan bagi negara-negara penerima ekspor tersebut.